(Pendampingan khusus terhadap perempuan melalui kelompok-kelompok kecil penting dilakukan untuk mendorong partisipasi aktif perempuan dalam kegiatan pengembangan desa).
Mardalena Sarumaha
Komunitas sulung (pilot project community) di daerah pedesaan relatif mengalami kemacetan dalam 1 tahun belakangan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk mengaktifkan kembali kegiatan organisasi masyarakat, tim fasilitator PRBDM Caritas Sibolga memandang perlu untuk melakukan imersion ulang dengan pendekatan khusus oleh fasilitator perempuan kepada kaum perempuan. Mengingat selama ini partisipasi aktif kelompok perempuan pedesaan sangat terbatas. Diharapkan melalui pendekatan khusus ini kaum perempuan dapat berpartisipasi aktif sehingga menjadi penggerak potensial untuk kegiatan organisasi masyarakat.
Desa Sisobambowo dipilih untuk kegiatan imersion ulang tersebut. Saya dan Kristina (fasilitator paroki) akhirnya diberi tanggungjawab untuk melakukan imersion ulang di desa ini selama 10 hari (4-14 November 2009). Sebelum datang kesana, terlebih dahulu kami belajar lagi tentang profil komunitas ini termasuk potensi dan tantangan yang ada di desa ini. Orientasi tentang latarbelakang, tujuan dan tahapan kerja untuk imersion ulang difasilitasi oleh bu Elvina Simanjuntak, selaku manajer proyek departemen PRBDM. Kami membuat rencana kerja 10 hari untuk kegiatan imersion ulang yang mencakup (1) berkenalan dengan induk semang dan membangun hubungan baik dengan tetangga, (2) melakukan pemetaan rumah demi rumah di keempat dusun dan mengenali peta sosial komunitas Sisobambowo, (3) mendatangi rumah demi rumah atau pusat perkumpulan informal di keempat dusun, (4) menghadiri kegiatan sosial yang ada selama imersion ulang termasuk doa lingkungan, ibadat minggu, arisan, pertemuan pemuda, pesta kawin, melayat keluarga duka, dll; (5) secara khusus berdiskusi dengan pengurus organisasi masyarakat, (6) mengakan kunjungan dan pertemuan dengan kelompok-kelompok yang sudah terbentuk dan (7) merefleksikan pembelajaran dan rekomendasi untuk mengaktifkan kembali kegiatan OM ke depan.
Pertemuan dengan pengurus organisasi masyarakat berjalan dengan lancar. Pertemuan dihadiri oleh hampir seluruh pengurus organisasi. Awalnya para pengurus menganggap kedatangan kami untuk memberitahukan kepada mereka tentang kelangsungan proyek jembatan sungai Neho yang selama ini mereka harapkan. Kami mengutarakan dengan jelas tujuan kedatangan kami, menanyakan apakah mereka masih semangat untuk melanjutkan kegiatan organisasi, menanyakan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dan menanyakan ide-ide mereka untuk kegiatan pengembangan organisasi mereka. Para pengurus menyatakan bahwa mereka masih semangat untuk meneruskan kegiatan organisasi ini. Ketika ditanya tentang kesulitan yang dihadapi oleh pengurus dalam menjalankan organisasi, mereka menjawab bahwa para pengurus merasa terbeban ketika masyarakat sering menanyakan perbaikan jembatan. Untuk pengembangan organisasi sendiri mereka sangat mengharapkan keberadaan fasilitator di masyarakat mereka. kehadiran fasilitator dapat memotivasi para pengurus untuk menjalankan organisasi.
Selain berdiskusi dengan pengurus organisasi, hari demi hari kami mengunjungi masyarakat baik secara individu maupun juga secara berkelompok. Melalui organisasi masyarakat Tano Fahasaradodo terbentuk 11 kelompok yang mencakup 6 kelompok perempuan untuk kegiatan persawahan, 4 kelompok laki untuk peternakan dan 1 kelompok muda-mudi untuk bidang kesiapan tanggap darurat. Pembentukan kelompok perempuan untuk bidang persawahan didasarkan atas pendapat kelompok perempuan yang selama ini lebih banyak menghabiskan waktunya di sawah. Pembagian kelompok dibuat disesuikan dengan kedekatan lokasi sawah. Kelompok laki-laki dibentuk per dusun. Kegiatan peternakan (babi) diusulkan oleh kelompok laki-laki karena selama ini kelompok laki-laki lebih banyak mengurus ternak. Sementara itu kelompok kesiapan tanggap darurat diusulkan untuk dilakukan oleh kelompok muda-mudi karena dianggap mereka dapat lebih mampu untuk mengorganisir bidang ini. Kelompok kesiapan tanggap darurat adalah muda-mudi utusan dari setiap organisasi gereja: Katolik, BNKP dan GKAI.
Banyak hal menarik yang ingin saya ceritakan selama kami imersion ulang. Hal yang paling berkesan bagi saya adalah ketika kami bertemu dan berdiskusi dengan kelompok ibu-ibu. Setiap jam 3 sore, kami berangkat menemui kelompok ibu-ibu di sawah. Kami menyapa mereka, berbicara dengan mereka dan membangun hubungan baik dengan mereka. Pada awalnya ibu-ibu yang kami kunjungi kelihatan masih bingung dengan tujuan kelompok mereka. Kami kemudian menjelaskan bahwa melalui organisasi Tano Fahasaradodo telah terbentuk 6 kelompok perempuan. Kami mengajak mereka untuk mengutarakan harapan dan cita-cita mereka tentang kelompok yang mereka miliki, kegiatan apa saja yang mereka ingin lakukan dalam kelompok mereka, bagaimana peran setiap orang dalam kelompok dan juga bagaimana mereka dapat berkordinasi dengan pengurus organisasi masyarakat.
Suasana diskusi berjalan sangat informal dan menyenangkan. Kami berdiskusi di pondok sawah dan bahkan dengan senang hati kami rela berkubang dengan lumpur sawah sambil membantu pekerjaan mereka. mereka sangat terbuka dan leluasa untuk menyampaikan ide dan gagasannya. Seolah tidak ada tembok pembatas antara kami dengan mereka. Sesekali lelucon-lelucon ringan menghiasi diskusi kami. Dan saya memperhatikan mereka tertawa lepas. Mereka sangat senang dan antusias menerima kami apalagi kami langsung mendatangi mereka ke sawah. Mereka mengatakan bahwa belum pernah ada fasilitator perempuan yang mau mengunjungi dan bercakap-cakap dengan mereka langsung di sawah.
Dalam tiap diskusi informal, kami memperkenalkan kepada mereka tentang gagasan kesiapan tanggap darurat, ketahanan pangan dan kesehatan dasar. Kami memotivasi mereka untuk membuat satu kebun percontohan yang mengintegrasikan isu kesiapan pangan di masa darurat dan juga tanaman obat tradisional. Mereka menyambut baik ide ini. Bahkan mereka ingin mulai dengan bercocok tanaman sayur dan palawija untuk awal-awalnya. Salain itu mereka mengusulkan penyuluhan bersawah yang baik, menghadapi hama tanaman dan pemeliharaan tanaman.
Kegiatan imersion selama 10 hari di Sisobambowo seolah membawa kesegaran baru bagi masyarakat Sisobambowo untuk menghidupkan kembali kegiatan organisasi masyarakat yang selama ini tidak berjalan lancar. Pendekatan khusus oleh fasilitator perempuan kepada kelompok bersawah ibu-ibu menjadi strategi baik untuk memobilisasi partisipasi perempuan yang selama ini kurang terlibat dalam proses organisasi. Mereka butuh pendampingan khusus untuk terus memotivasi mereka. Mereka perlu diingatkan bahwa perempuan juga memiliki peran besar dalam kegiatan pengembangan di desa. Walaupun awalnya 6 kelompok perempuan yang sudah terbentuk, diorganisir dan melakukan hal-hal sederhana namun diharapkan dari hal-hal sederhana ini lahirlah perempuan-perempuan terampil yang mampu menjadi sumber daya potensial menjalankan kegiatan organisasi masyarakat.